من مشكاة النبوة (5) "يا أم خالد هذا سنا" (خطبة) (باللغة الإندونيسية)

Lentera Nabawi: "Wahai Ummu Khalid, Ini Cantik"

Khutbah Pertama

Segala puji bagi Allah yang Maha mengetahui segala sesuatu, yang menjadikan kadar bagi segala sesuatu dan melimpahkan karunia kepada segenap makhlukNya. Aku bersyukur kepada Allah seraya memujiNya, bertaubat dan memohon ampun kepadaNya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang hak selain Allah semata. Tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa pemimpin dan Nabi kita, Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Allah mengutus beliau kepada segenap manusia untuk memberikan kabar gembira dan menyampaikan peringatan. Semoga shalawat, salam dan keberkatan tercurah baginya beserta keluarganya, para sahabat dan tabi'in, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan.

Amma ba'du..

Aku berpesan kepada kalian semua dan untuk diriku sendiri agar senantiasa bertakwa kepada Allah. Allah berfirman,

"Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepadaNya, serta berjihadlah (berjuanglah) di jalanNya, agar kamu beruntung." (QS. al-Maidah: 35).

Hamba Allah..

Mempelajari sirah nabawiyah, perjalanan hidup Nabi saw dapat mengokohkan keimanan, menguatkan akhlak terpuji dan memberikan kelapangan dada. Kita akan mengambil satu teladan dari sikap Nabi saw, yaitu ketika Baginda berinteraksi dengan seorang anak kecil. Kita akan sebutkan sebagian riwayat kehidupan anak ini, sebelum kita masuk kepada pebahasan hadits yang terkait dengan dirinya. Namanya adalah Amah binti Khalid bin Said bin al-'Ash. Dia diberikan nama panggilan (kuniah) oleh ayahnya saat dia masih kecil dengan sebutan Ummu Khalid. Dia dilahirkan di Habasyah dan tumbuh di sana bersama kedua orang tuanya sebagai muhajirin (orang yang hijrah) ke negeri asing karena perintah Allah dan rasulNya.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ummu Khalid, Amah binti Khalid bin Said bin al-'Ash radhiyallahu 'anha berkata, "Rasulullah saw dibawakan beberapa pakaian yang di antaranya terdapat selembar baju bercorak warna hitam. Beliau pun bersabda, "Menurut kalian kira-kira siapakah yang pantas kita pakaikan baju ini?" orang-orang pun terdiam. Maka Beliau berabda, "Bawakan aku Ummu Khalid ke mari" lalu aku pun dibawa ke hadapan Nabi saw, kemudian Beliau memakaikanku baju itu dengan tangannya, seraya bersabda, "Pakailah ini hingga ia lusuh di makan waktu" dua kali, lalu Beliau melihat corak baju itu sambil menunjuk ke arahku, sembari bersabda, "Wahai Ummu Khalid, ini cantik. Wahai Ummu Khalid, ini cantik."

Ishaq berkata, "Salah seorang wanita dari keluargaku berkata kepadaku bahwa dia melihat itu pada diri Ummu Khalid."

Di dalam riwayat Bukhari, Ummu Khalid berkata "Aku pun main-main dengan tanda kenabian (yang ada di pundak Nabi), sehingga membuat ayahku memperingatkanku. Tetapi Rasulullah saw bersabda, "Biarkan dia" lalu Beliau pun kembali bersabda, "Pakailah ini hingga ia lusuh di makan waktu. Pakailah ini hingga ia lusuh di makan waktu. Pakailah ini hingga ia lusuh di makan waktu."

Abdullah berkata, "Maka ia tetap ada sampai waktu yang sangat lama."

Saudara-saudara seiman..

Mari kita bersama-sama memetik pelajaran dari kisah yang baik ini:

Pertama, betapa Nabi saw meluangkan waktu untuk memberikan perhatian kepada urusan sahabatnya yang bersifat pribadi, sampai-sampai beliau begitu serius membuat anak-anak riang gembira dengan sesuatu yang mungkin kita anggap sepele, tetapi sangat mengesankan bagi mereka. Beliau memakaikan sendiri pakaian itu untuk Ummu Khalid, lalu melihat corahnya yang indah. Sambil menunjuk corak itu, beliau katakan, "Cantiknya, cantiknya" dengan bahasa Habasyah tempat kelahiran Ummu Khalid.

Sungguh, Rasulullah saw bukanlah orang yang hidup dalam banyak waktu kosong dan tidak pula sedikit tanggung jawab. Beliau justru adalah orang yang paling besar tanggung jawanya dan paling berat amanah yang dipikulnya. Akan tetapi hal ini memiliki posisi yang tinggi dalam rangkaian akhlak Nabi saw. Sebab beliau diutus untuk membahagiakan manusia di dunia dan akhirat mereka. Beliau lah yang menunjukkan umatnya kepada amalan terbaik, di antaranya adalah, "kebahagiaan yang engkau hadirkan dalam hati saudaramu sesama muslim." (Dihasankan oleh al-Albani).

Kedua, metode Nabi saw yang efektif dalam menjadikan satu kebaikan menjadi serangkaian kebaikan yang berkesan. Beliau memulainya dengan pertanyaan siapakah yang pantas menerima pakaian itu. Ini memiliki kesan bahwa ini penting dan pilihan. Oleh karena itu, pakaian yang sederhana itu berubah menjadi simbol kebanggaan. Kemudian Nabi saw memintanya langsung datang untuk menerima pemberian itu, tanpa mengirimnya ke rumah Ummu Khalid, walaupun dia masih anak-anak. Di dalam riwayat al-Bukhari, Beliau bersabda, "Datangkan kepadaku Ummu Khalid" maka dia pun dibawa dengan cara digendong. Kemudian beliau langsung yang memakaikan pakaian itu, sembari mencandai dan bermain dengan anak kecil itu sehingga dia riang gembira. Kemudian beliau tidak lupa mendoakannya, bahkan mengulang-ulang doanya. Kemudian beliau dekatkan dan beliau peluk anak itu, hingga dia pun bermain-main dengan tanda kenabian yang ada di antara dua pundak beliau yang menarik perhatiannya. Dan beliau mengizinkan itu, sembari mengatakan kepada ayah anak kecil itu saat dia memperingatkannya tidak bermain, "Biarkanlah dia.".

Ini adalah pelajaran dari Nabi saw yang menjelaskan bahwa perbuatan baik itu, selain ia adalah kemuliaan, ia juga adalah seni dan keterampilan. Betapa mulianya akhlak dan kenyamanan yang menyelimuti majelis seperti ini. Semoga Allah menghimpun kita bersama mereka di surga yang penuh rahmat dan kemuliaan. Semoga Allah memberikan manfaat bagi kita dengan al-Qur'an dan Sunnah, serta segenap petunjuk dan hikmah di dalamnya. Mohonlah ampunan kepada Allah. Sungguh Dia Maha Pengampun.

Khutbah Kedua

Segala puji bagi Allah..

Amma ba'du,

Pelajaran ketiga dari kisah tersebut adalah bahwa boleh saja Nabi saw cukup mengirimkan baju itu kepada Ummu Khalid, tetapi beliau memilih untuk memberikannya langsung kepadanya dengan selurung kesan yang beliau hadirkan. Demikian itu, agar usaha membahagiakan orang lain menjadi sunnah yang diteladani dan teladan yang baik bagi setiap orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah dan hari akhirat, serta berzikir dengan zikir yang banyak. Karena itu, anda menjumpai pelajaran seperti ini di dalam catatan kehidupan Nabi saw sangat banyak dan menegaskan keutamaan amalan ini dan mengulangi makna dari penggalan kisah Nabi saw ini.

Keempat, Manhaj Nabi saw dalam berinteraksi dengan anak-anak, yaitu sebagai berikut:

Pertama, penuh keceriaan, kehangatan dan canda.

Kedua, kedekatan dan menyatu dengan anak-anak. Sampai-sampai anak itu saking dekatnya dengan beliau, dia memainkan tanda kenabian di pundak beliau dengan tangannya yang mungil.

Ketiga, tidak kasar dan membentak anak-anak.

Pelajaran yang kelima dari kisah tersebut adalah bahwa memuliakan anak-anak adalah salah satu cara memuliakan orang tuanya. Cobalah perhatikan bagaimana senangnya ayah tersebut ketika dia menyaksikan Nabi saw memakaikan anaknya baju dan mencandainya, lalu mendoakannya, bahkan melarangnya memarahinya.

Pelajaran berikutnya adalah mukjizat Nabi saw, yang mana karena sebab doa beliau saat bersabda, "Pakailah ini hingga ia lusuh di makan waktu. Pakailah ini hingga ia lusuh di makan waktu. Pakailah ini hingga ia lusuh di makan waktu." Ini adalah doa panjang umur. Maka Ummu Khalid radhiyallahu 'anha dikaruniai usia panjang, hingga dia merupakan sahabat wanita yang paling akhir wafat. Semoga Allah meridhai mereka semua.

Pelajaran dan hikmah terakhir, kebaikan itu tidak terlupa. Sebagaimana dia merasakan kegembiraan saat masa kanak-kanak, dia juga menyimpan kesan itu dalam memorinya hingga dia tua, sehingga dia bangga menceritakannya kepada orang lain. Bahkan baju itu pun masih tetap dia simpan dengan baik hingga warnanya lusuh dimakan waktu.

Allah bershalawat kepada Nabi dengan karuniaNya

Dia berikan baginya kedudukan nan agung di sisi manusia

Wahai sesiapa yang mengharap syafaatnya

Bershalawatlah dengan iringan salam untuk Baginda.